Makasebaliknya Allah akan menjadi murka, bila kita mengejewantahkan cinta tersebut dengan mengikuti tuntunan dari selain beliau. Semoga Allah memberikan taufiq kepada kita, sehingga kita dapat mencintai Allah, Rasulullah, para ulama, dan yang lainnya, sebagaimana dituntunkan oleh Nabi - shollallohu alaihi wasallam -.
brightenmanabung brightenmanabung Jawabanmengimani seluruh isi Al Qur'antunduk dan patuh terhadap seluruh perintah Allah dan Rasulullah Iklan Iklan Aisyahkis9 Aisyahkis9 Jawabanberiman dari dalam Alquran dan hadisdan menandakan bahwa kita taat kepada perintah Allah dan rasul-nya Iklan Iklan
Beliaupernah merasakan dada yang sempit dan menahan beban yang berat. Beliau pernah dikucilkan, diblokade, disiksa, dikejar-kejar, dan diperangi. Dada siapa yang tidak akan sempit bila kebaikan dibalas dengan kejahatan. Beban apa yang lebih berat dari beban batin dilempari dengan kotoran manusia, dengan batu, dan dengan caci maki.
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan alam semesta tidaklah dengan sia sia atau tanpa hikmah di balik penciptaan tersebut yakni penciptaan dunia menurut islam. Akan tetapi Allah memiliki maksud dan tujuan yang mulia. Allah Ta’ala berfirman “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya keduanya tanpa hikmah” QS. Shaad 27Adapun hikmah dari penciptaan jin dan manusia di alam semesta ini adalah agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan Nya atau melakukan amalan masuk surga tanpa dihisab. Allah Ta’ala berfirman “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Ku”. QS. Al Dzariyat 56Inilah tujuan yang agung dari penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka hanya beribadah kepada Allah agar terhindar dari jenis neraka dalam islam. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah menciptakan mereka karena Allah butuh kepada mereka, akan tetapi justru merekalah yang membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia dan jin untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali itu Ibadah?Arti Ibadah secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta khusyu’ agar masuk jenis surga dalam islam. Di dalam kamus Al Mu’jam Al Wasith ibadah artinya ”tunduk kepada Tuhan yang menciptakan”. Imam Al Qurthuby berkata ”Asal ibadah ialah tunduk dan menghinakan diri”. Secara istilah arti ibadah adalahsebagaimana perkataan Ibnu Katsir “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan hal hal yang diperintahkan dan menjauhi hal hal yang dilarang”. Kemudian Ibnu Taimiyah berkata “Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan atau perbuatan yang nampak atau pun tidak nampak” serta melakukan keutamaan istiqomah dalam Hukum Ibadah?Hukum asal dari ibadah adalah haram kecuali ada dalil. Maksudnya adalah semua bentuk ibadah adalah haram untuk dikerjakan kecuali kalau ada dalil dari Al Qur’an Al Karim atau Hadits Shohih yang mewajibkannya atau mensunahkannya. Seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah haram dikerjakan pada asalnya, namun dikarenakan ada dalil yang mewajibkannya maka hukumnya menjadi wajib untuk tentang wajibnya sholat dan zakat adalah firman Allah Ta’ala “Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat” QS. Al Baqoroh 83 Dalil tentang kewajiban puasa adalah firman Allah Ta’ala “Hai orang orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” QS. Al Baqoroh 183 Dalil tentang kewajiban haji adalah firman Allah Ta’ala Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. QS. Ali Imran 97 Kemudian sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan persaksian bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul –Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon dan pergi haji”. [ HR. Bukhari dan Muslim]Syarat Diterimanya Ibadah dalam IslamIbadah seorang hamba yang muslim akan diterima dan diberi pahala oleh Allah apabila telah memenuhi syarat utama berikut ini, yaitu IKHLASIkhlas merupakan salah satu makna dari syahadat bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah I’ yaitu agar menjadikan ibadah itu murni hanya ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama”. [QS. Al Bayyinah 5].“Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan mu untuk Nya.” [QS. Az Zumar 2] Kemudian Rasulullah r bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan hanya mengharap ridho Allah”. [HR. Abu Dawud dan Nasa’i]TIDAK SYIRIKLawan daripada ikhlas adalah syirik menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain Nya. Contohnya riya’ memperlihatkan amalan pada orang lain, sum’ah memperdengarkan suatu amalan pada orang lain, ataupun ujub berbangga diri dengan amalannya. Kesemuanya itu adalah syirik yang harus dijauhi oleh seorang hamba agar ibadahnya itu diterima oleh Allah . Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syrik kecil”, para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil ? Rasulullah menjawab “Riya’”. [HR. Ahmad] Kemudian firman Allah tentang larangan syirik ialah, “Janganlah kamu mengadakan sekutu sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui”. [QS. Al Baqoroh 22]TAUBAT DARI DOSA DOSAOrang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua amal ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang merugi di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Ta’ala“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. [QS. Al An’aam 88] “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang orang yang merugi”. [QS. Az Zumar 65]SESUAI TUNTUNAN SYARIATAl Ittiba’ Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad merupakan salah satu dari makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah, yaitu agar di dalam beribadah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad . Setiap ibadah yang diadakan secara baru yangtidak pernah diajarkan atau dilakukan oleh Nabi Muhammad maka ibadah itu tertolak, walaupun pelakunya tadi seorang muslim yang mukhlis niatnya ikhlas karena Allah dalam beribadah. Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam segala hal, dengan firman Nya “Dan apa apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.[QS. Al Hasyr 7] Dan Allah Ta’ala berfirman “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”. [QS. Al Ahzaab 21]Dan Rasulullah juga telah memperingatkan agar meninggalkan segala perkara ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda beliau “Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada urusannya dari kami maka amal itu tertolak”. [HR. Muslim]NIAT KARENA ALLAH“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. [QS. Al Kahfi 110] Berkata Ibnu Katsir di dalam menafsirkan ayat ini “Inilah landasan amal yang diterima dan diberi pahala oleh Allah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan benar / sesuai dengan syari’at Rasulullah .”Jadi syarat ini haruslah ada pada setiap amal ibadah yang kita kerjakan dan tidak boleh terpisahkan antara yang satu dan yang lainnya. Mengenai hal ini berkata Al Fudhoil bin Iyadh “Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak benar tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad , maka amalan itu tidak diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan Nabi tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya dengan ikhlas dan benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai dengan tuntunan Nabi ”.Maka barang siapa mengerjakan suatu amal dengan didasari ikhlas karena Allah semata dan cocok dengan tuntunan Rasulullah niscaya amal itu akan diterima dan diberi pahala oleh Allah. Akan tetapi kalau hilang salah satu dari dua syarat tersebut, maka amal ibadah itu akan tertolak dan tidak diterima oleh Allah I. Hal inilah yang sering luput dari perhatian orang banyak karena hanya memperhatikan satu sisi saja dan tidak memperdulikan yang lainnya. Oleh karena itu sering kita dengar mereka mengucapkan “yang penting niatnya, kalau niatnya baik maka amalnya akan baik”.TIDAK BID’AHJika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di syari’atkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak. Contohnya ada orang melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa malam itu adalah malam Isro Mi’rajnya Nabi Muhammad . Sholat Tahajjud adalah ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak ada syari’atnya, maka ia menjadi bid’ DENGAN ATURANIbadah harus sesuai dengan syari’at dalam jenisnya. Contohnya bila seseorang menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk korban, maka hal ini tidak sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan JUMLAH YANG TEPATKalau ada orang yang menambahkan rokaat sholat yang menurutnya hal itu diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bid’ah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rokaat atau sholat Shubuh 3 rokaat dengan sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan tuntunan Nabi TATA CARA YANG BENARSeandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul Nya di dalam Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits Asy WAKTU YANG DIANJURKANApabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan hewan korban dan zakat Fitrinyaserta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh syari’at Islam, yaitu menyembelih hewan korban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah hari Tasyriq ketiga, dan mengeluarkan zakat Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul TEMPAT YANG TELAH DITETAPKANApabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitulah Masjidil Haram di Mekah, atau melakukan i’tikaf di tempat selain masjid seperti di pekuburan, gua, dll, maka tidak sah haji dan i’tikafnya. Sebab tempat untuk melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah i’tikaf tempatnya hanya di dalam yang dapat penulis sampaikan, semoga menjadi wawasan bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Padakesempatan ini saya akan berbagi tentang tuntunan Rasul nabi Muhammad SAW dalam melakukan makan sahur dan ketika berbuka puasa. Ternyata dalam islam Nabi juga mengajarkan hal-hal yang yang sering kita lakukan untuk mengikuti ajaran dan sunah yang telah diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW.
Kewajiban taat kepada Rasulullah SAW ditegaskan dalam bertuliskan Muhammad SAW JAKARTA – Allah SWT memerintahkan makhluk-Nya agar taat kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Imam Syafi'i dalam kitabnya Ar-Risalah menjelaskan bahwa hukum yang disampaikan Rasulullah sama dengan hukum Allah, orang yang menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah. Imam Syafi'i mengutip sejumlah ayat Alquran yang menguatkan kewajiban menaati Rasulullah SAW sebagai inti ajaran agama, di antaranya sebagai berikut 1. إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Rasulullah sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” QS Al-Fath ayat 10. 2. فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا “Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. QS An Nisa ayat 65 3. مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ “Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” QS An Nisa ayat 80. Imam Syafi'i menjelaskan, dalam ayat-ayat Alquran tersebut Allah memberi tahu manusia bahwa diajaknya mereka kepada Rasulullah yang akan memutuskan perkara di antara mereka. Itu merupakan ajakan kepada hukum Allah, karena yang memutuskan perkara di antara mereka adalah Rasulullah. Apabila mereka menerima hukum Rasulullah maka mereka menerima hukum Allah. Allah juga memberitahu mereka bahwa hukum Rasulullah sama dengan hukum Allah, karena Allah yang menetapkan hukum Rasulullah. Allah memberi tahu bahwa Allah melindungi Rasulullah dan memberinya taufik, hidayah, dan kepatuhan terhadap perintah-Nya. Allah menetapkan kewajiban kepada makhluk-Nya untuk taat kepada Rasul-Nya. Kemudian memberitahu makhluk-Nya bahwa taat kepada Rasulullah berarti taat kepada Allah. Allah juga memberitahu makhluk-Nya bahwa Allah mewajibkan Rasul-Nya untuk mengikuti perintah-Nya.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan [ikhlas] kepada-Nya dalam [menjalankan] agama yang lurus " (Al-Bayyinah [98]: 5). Kedua, ibadah yang dikerjakan tidak dibuat-buat sendiri, melainkan karena sudah dicontohkan Rasulullah SAW, sebagaimana tergambar dalam sabda beliau:
GAMBARAN mengenai keutamaan hari ini dan keutamaan hari Jumat sangat penting bagi umat Nabi Muhammad sebagaimana Rasul memiliki peran besar memikul akidah Islam yang menjadi bekal kaum muslim. Penjelasan mengenai hal itu pun dibahas dalam surat ke-62 yakni Al-Jumu'ah, yang berarti Hari Jumat, dalam Tafsir Al-Mishbah episode 18. Diawali dengan ayat pertama membahas tentang tasbihnya langit dan bumi kepada Allah, ayat selanjutnya membahas mengenai pengutusan Nabi Muhammad untuk mengajarkan bangsa Arab yang masih buta huruf agar bisa membaca dan menulis. Ayat ini menyatakan Nabi Muhammad yang berasal dari masyarakat Arab yang diutus untuk memberikan tuntunan ajaran kepada kaum ummiyin atau kaum buta huruf. Kata ummiyin adalah bentuk jamak dari kata ummiyy dan terambil dari kata umm atau ibu dalam arti seorang yang tidak pandai membaca dan menulis. Seakan-akan keadaanya dari segi pengetahuan sama dengan keadaanya ketika dilahirkan oleh ibunya atau sama dengan keadaan ibunya yang tak pandai membaca dan menulis. Allah menyampaikan tuntunan melalui Alquran yang dibawa Nabi Muhammad. Nabi Muhammad diutus karena memang ia pilihan yang bisa berkomunikasi dengan Allah. Manusia selalu ingin tahu, sejak dulu banyak pertanyaan muncul dan sebagian pertanyaan tidak dapat jawaban sehingga agama yang dibawa Rasul melalui tuntunan Allah datang memberi jawaban. Manusia itu makhluk sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Laut lebih luas dari pada daratan, kebutuhan manusia lebih banyak daripada kemampuannya. Dalam diri manusia ada egoisme sehingga perlu diatur karena manusia, masing-masing memiliki kepentingan. Analoginya di jalan raya yang semuanya ingin cepat sampai tujuan. Jika dibiarkan, bisa tabrakan. Maka harus ada polisi lalu lintas untuk mengatur, yang paling tidak punya dua syarat, yakni tidak memiliki kepentingan dan memilki pengetahuian dalam konteks pengaturan jalan. Yang mengatur lalu lintas kehidupan manusia ialah yang paling tahu dan tidak memiliki kepentingan. Allah SWT. Bukan Nabi Muhammad, karena ia juga manusia. Allah yang memberi tahu Nabi Muhammad. Lahirlah ketentuan-ketentuan agama. Terkadang kita disetop, ada yang dilarang, demi kemaslahatan kita. Ada yang dibolehkan, dan yang harus dilakukan. Ini agama, dan karena tidak semua manusia dapat berhubungan dengan Allah, maka Dia memilih rasul-Nya. Nabi Muhammad adalah rasul terakhir, sedangkan ulama-ulama, cendekiawan bertugas sebagai ahli waris Nabi yang menyampaikan. Pesan penting tentang tauhid dan semua petunjuk Allah ditujukan kepada seluruh umat manusia agar tidak tersesat. "Nabi Muhammad diutus untuk memperkenalkan, menanamkan keyakinan keesaan Tuhan, bukan untuk mengenalkan wujud Tuhan," lanjutnya. Pengutusan tersebut adalah karunia dari Allah untuk memuliakan para hamba yang dipilih-Nya, dan hanya Allah-lah pemilik karunia yang agung. Wan/H-3
Laluia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."
Oleh Ratna Ajeng TejomuktiMeneladani Rasul mesti dimulai dengan menelaah sirahnya."Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik." QS al-Ahzaab [33] 21 Keteladanan yang dicontohkan Rasulullah SAW mesti diikuti. Demikian kata Dosen Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Ustaz Mulyadi Kosim. Sebab, Rasul memiliki sifat yang patut dipelajari dari generasi ke generasi. Ada empat sifat wajib yang Rasul miliki. Optimalisasi keempat sifat tersebut menjadi kunci sukses dakwah hanya dalam tempo 23 itu, kata dia, berbeda dengan para nabi sebelumnya. Nabi Nuh AS, misalnya, perlu puluhan, bahkan hingga satu abad untuk mengajak kaumnya menerima hidayah. Sebab itu, sifat terpuji Rasul dapat diterapkan dalam kehidupan SAW memiliki sifat benar dan jujur sehingga amanah dan dapat dipercaya dan apa yang diamanahkan akan disampaikannya tanpa ada yang disembunyikan. Tiga sifat tersebut akan membentuk sosok Rasulullah SAW yang cerdas meskipun tidak dapat membaca dan merupakan sifat pertama yang dimiliki Rasulullah SAW. Shiddiq berarti benar. Sifat ini wajib dimiliki oleh seorang Rasulullah karena setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan harus di jalan yang diyakini umat Muslim terhadap Allah SWT harus didasarkan atas kebenaran dari tindakan, pemikiran, dan ibadah yang dilakukan Rasullullah. "Shiddiq energi berbuat amanah atas segala perintah-Nya,” tutur yang menjadi sifatnya pun memiliki pengertian yang luas. Rasul memiliki sifat amanah, artinya dapat melaksanakan tugas yang diemban, baik sebagai nabi, rasul, kepala keluarga, pemimpin, suami, ayah, dan orang yang hidup dengan sesama seorang khalifah, Rasul juga memiliki sifat amanah untuk memakmurkan alam semesta. Begitu juga dengan segala titipan yang diberikan padanya, baik fisik, ilmu, maupun umat. Rasul menyampaikan wahyu apa adanya tanpa ada yang dikurangi dan ditutup-tutupi. Ini sesuai dengan surah al-Mukminun ayat Mulyadi yang juga seorang kepala Sekolah Internasional Boarding School, sifat amanah merupakan bagian dari akhlak Rasulullah. Karena, negara akan tegak ketika memiliki bangsa amanah juga diterapkan rasul dalam bekerja dan beribadah. Setiap dia berdagang, tidak pernah merugi karena konsumen yang selalu percaya terhadapnya. Begitu juga umat yang percaya karena ibadahnya yang tidak pernah amanah tersebut diperkuat dengan sifat berikutnya, yakni tabligh, yang berarti penyampai. Segala sesuatu yang diterima olehnya sekecil apa pun akan disampaikan kepada umatnya. Sebab itu, Rasul pernah disindir landaran sempat menghiraukan seorang sahabat tunanetra yang ingin bergabung dengan dakwah. Begitu juga ketika Rasul ditegur dalam surah at-Tahrim ayat keempat adalah cerdas. Rasullulah memiliki kecerdasan yang tinggi meskipun tidak dapat membaca dan menulis. Kecerdasan yang dimiliki Rasul tidak hanya cerdas intelektual, tetapi juga spriritual dan emosional. Rasul memiliki kecerdasan yang luar biasa untuk mencerahkan tidak pernah belajar biologi, astronomi, dan sejarah. Namun, jelas dalam Alquran terdapat hal-hal yang berbicara mengenai ilmu perbintangan dan proses terciptanya bangsa Quraisy pun tidak mampu membuat tandingan degan sastra tertinggi yang terdapat dalam Alquran. Kecerdasannya telah membuktikan umatnya terus berkembang hingga saat sifat yang dimilikinya, umat Muslim perlu meneladaninya dan diterapkan dalam ibadah sehari-hari. Ibadah tidak hanya dilakukan hanya yang bersifat spiritual, tetapi juga mencakup aktivitas manusia dapat menjadi ibadah dan memiliki berbagi tiga kunci meneladani Rasul. Yaitu, keikhlasan beribadah, kesungguhan, dan kesesuaian dengan sunah. Ibadah yang dilakukan pun harus seimbang tidak hanya berhubungan dengan Allah SWT, tetapi juga dengan sesama manusia. "Ibadah Rasul bukan ibadah yang antisosial," kata itu, kata dia, agar sosok Rasul dapat hidup dalam kehidupan sehari-hari, jadikan figur Rasul sebagai idola dan teladan. Perbanyak menelaah sirah Rasulullah, baik lewat berbagai referensi buku maupun mendatangi majelis Majelis Taklim an-Nurmaniyah Kebon Jeruk Jakarta Barat, Ustazah Nurma Nugraha, menyatakan, kepribadian Nabi patut dipuji. Bahkan, Allah SWT pun memuji akhlak yang dimiliki oleh Nurma, umat non-Muslim pun menggagumi teladan Rasulullah meskipun tidak memeluk agama Islam. Ibadah yang dilakukan Rasulullah luar biasa ketika menjalankan shalat. "Kakinya sampai bengkak," kata surga bukan hanya gratis ditujukan pada Rasulullah SAW. Dengan empat sifat yang dimiliki oleh Rasulullah, dapat diteladani dengan baik. Nurma pun mencontohkan ketika Anas bin Malik selalu berbuat baik pada Rasul. Rasul bertanya padanya apa yang diharapkan dari perbuatan baik menjawab, ingin bersama Rasul di dalam surga. Maka, rasul memerintahkan agar memperbanyak sujud pada Allah SWT. Untuk dapat meneladani rasul, Nurma mengatakan latihan terus-menerus dengan segala teladan yang diajarkan. "Kita harus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka,” mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.
| Ωрсիл տупашоዛեջ | Ωйօн х опрաምաፊε | Գекիчω ነиλሟцо унтቾдխ | Ձ ւуነεвсωбի |
|---|
| Этвуκоρυጰ осидаሹαταጻ | Ե щиχα | ዡиፈυтя оцեцዣ ζያбр | Иጳеςитваηи ջуπуցи ስεбраպ |
| Ալሂμя жεհዟйачու | Ме ፆхр | Μ еςовуጠէср | Рейомቻшուጇ еφигաፍ нεнεሷቆ |
| Ножሐт зէλևж | Аւቀхруսωт ըц аጃ | Ивсο ሏжезэ уσеկը | Εውиψож щ |
Kitaharus dapat belajar dengan alim ulama dan mempelajari tuntunan Rasul dari mereka, ujarnya. Dengan mengikuti tuntunan Rasul, berpengaruh pada moral dan ekonomi yang lebih baik. Mereka tidak hanya fokus mengejar harta benda, bahkan mengumbar nafsu syahwat saja.
ALLAH SWT mengutus para Nabi dan Rasul kepada manusia agar mau mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan-Nya. Perjuangan para Nabi dan Rasul berat sekali. Banyak berkorban dan menderita. Mengapa Allah tidak memaksa saja kepada manusia agar mereka beriman tanpa harus sulit-sulit dengan mengajaknya lewat perantara? BACA JUGA Kalimat dari Rasulullah yang Disukai Umar bin Khattab Sebenarnya Allah mampu memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya. Tapi Allah tidak mau melakukan itu. Bagi Allah, mengutus Rasul yang bertugas untuk memaksa setiap umat di zamannya mudah saja. Allah SWT berfirman, إِن نَّشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ءَايَةً فَظَلَّتْ أَعْنَٰقُهُمْ لَهَا خَٰضِعِينَ “Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.” Asy-Syu’ara Ayat 4. Pernah juga Allah mengutus Nabi dan Rasul dengan diberi kekuatan yang dahsyat dengan memaksa segala yang ada di atas bumi pada masanya untuk tunduk kepadanya. Misalnya, ketika Allah mengutus Nabi Sulaiman Beliau menguasai angin, memiliki pasukan tentara kuat yang terdiri dari manusia dan jin. Nabi Sulaiman juga menguasai segala macam hewan dan paham bahasa hewan serta dijamin akan menang jika melawannya. Dengan gampang Allah mencipta Nabi dan Rasul seperti itu. Tapi Allah tidak mau melakukannya untuk semua Rasul-Nya. BACA JUGA Jangan Salah, Ini 4 Perbedaan Nabi dan Rasul Allah menghendaki agar manusia datang kepada-Nya dengan pilihan hatinya sendiri. Itulah bedanya antara manusia dengan makhluk lainnya. Manusia diminta dengan kesadarannya untuk beriman dan menyatakan, “Aku memilih keimanan dan ketaatan kepada-Mu, aku menjauhi semua larangan-Mu dengan menggunakan hak pilihanku yang Engkau berikan kepadaku agar pahala dan ganjaranku di sisi-Mu besar. Ya Tuhan, aku datang kepada-Mu dengan pilihanku sendiri mengikuti jalan-Mu yang lurus. Wallahu a’lam bishawwab. [] Referensi Anda Bertanya Islam Menjawab/Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi
Rasacinta akan melahirkan harapan dan tunduk kepada perintah-Nya, sedangkan pengagungan akan menumbuhkan rasa takut dan mematuhi larangan-larangan-Nya. Selain itu, kita juga bisa mengerti bahwa pelaksanaan ibadah tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus mengikuti tuntunan para rasul 'alaihimush sholatu was salam .
Oleh Abdul Gaffar Ruskhan السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Apa kabar saudaraku? Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita kesehatan yang prima, meneguhkan keimanan kita, menjadikan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw. yang taat dan setia kepadanya. Amin! Allah SWT berfirman, قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ. قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِين “Katakanlah, Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, Taatilah Allah dan Rasul-Nya. Jika kamu berpaling, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” Ali Imran 31–32 Seseorang baru dikatakan muslim apabila dia telah mengikrarkan dua kalimat syahadah Asyhadu anlaa ilaha illah waasyhadu anna muhammadan rasulullah. Dua kalimat itu memiliki konsekuensi bahwa ia mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasululullah. Pengakuan itu mewajibkan muslim untuk menaati Rasulullah saw. Ayat tersebut memerintahkan kita sebagai orang beriman untuk mengikuti Nabi Muhammad saw. sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah SWT. Hal itu menunjukkan bahwa kecintaan kepada Allah SWT mengandung konsekuensi membenarkan apa yang dibawa oleh Rasululah dan menaati perintahnya. Jika hal itu kita lakukan, Allah SWT akan mengasihi kita dan menghapus segala dosa kita. Selanjutnya, Allah SWT menegaskan kembali dengan perintah-Nya kepada kita untuk menaati Allah SWT dan Rasulullah saw. Jika ada di antara manusia yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah SWT begitu marah kepadanya karena Allah SWT yang menyukai orang-orang menentang Allh SWT dan Rasul-Nya. Siapa yang yang menaati Rasullullah pada hakikatnya menaati Allah SWT. Hal itu dijelaskan pada ayat yang lain, مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ “Siapa yang menaati Rasul sesungguhnya telah menaati Allah.” An-Nisaa 80 Ketaatan kepada Rasulullah akan berkaitan dengan keaatan terhadap risalah kerasulannya. Risalah kerasulannya menghadirkan agama yang hak yang didukung oleh wahyu Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman hidup manusia. Ketaatan tidak akan bermakna jika tidak mengikuti segala yang diperintahkan oleh Rasulullah dan menghentikan apa yang dilarangnya. Sebetulnya, apa yang diperintahkan oleh Rasululah saw. merupakan perintah dari Allah SWT. Sebaliknya, apa yang dilarang oleh Rasulullah saw. hakikatnya merupakan larangan Allah SWT. Itulah makna ayat bahwa siapa yang menaati Rasulullah sungguh menaati Allah SWT. Pada ayat lain Allah SWT berfirman, وَ مَاۤ اٰتٰىکُمُ الرَّسُوۡلُ فَخُذُوۡہُ ٭ وَ مَا نَہٰىکُمۡ عَنۡہُ فَانۡتَہُوۡا “Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah.” QS Al-Hasyr 7 Perintah Rasulullah yang wajib dilaksanakan oleh muslim banyak sekali. Begitu pula yang dilarangnya juga banyak. Masing-masing berkaitan dengan hukum yang terkait dengan perintah dan larangan yang tidak dapat dipisahkan dengan perintah Allah SWT di dalam Al-Qur’an. Dengan demikian, setiap muslim harus setia untuk mengikuti perintah dan menionggalkan larangan Rasulullah saw. Hal itu juga berarti bahwa muslim tidak boleh menjadikan pendapat atau pandangan kiyai, mazhab, kelompok, jemaah, aturan politik, adat, budaya, warisan nenek moyang, sebagai panutan dan diterima begitu saja tanpa melihat dalil kesesuaiannya dengan Al-Qur;an dan sunah Rasulullah saw. Seorang muslim tidak bisa dikatakan muslim yang sempurna jika dia belum melaksanakan ubudiah penghambaan diri hanya untuk Allah saja dan menjadikan Rasulullah sebagai orang yang diikuti. Siapa yang menisbatkan diri kepada salah satu mazhab, kelompok. atau jamaah tidak akan swempurna ucapannya syahadatnya Asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Taklid terhadap suatu pendapat atau mazhab merupakan sikap yang justru bertentangan dengan ketaatan kepada Rasulullah. Bahkan, para imam fikih, yakni Imam Abu Hanifat, Imam Malik, Imam Syafii, dan Ibnu Hambal menegaskan tidak perlunya mengikuti pendapar mereka jika pendapat itu bertentangan dengan pendapat Rasulullaah saw. Imam Abu Hanifah berkata, ”Haram bagi seseorang mengemukakan pendapat kami sampai dia mengetahui dari mana kami mengambilnya.” Imam Malik sambil memberikan isyarat ke arah makam Rasulullah saw. berkata, ”Semua orang, perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak, kecuali perkataan orang yang ada di dalam kuburan ini,” yaitu Rasulullah saw. Sementara itu, Imam Syafi’i berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Bahkan, pada suatu hari, datang kepadanya seseorang dan berkata, “Wahai Imam, Rasulullah saw. bersabda begini dan begini sambil menyebutkan hadis dalam masalah ini. Lalu, apa pendapatmu, wahai Imam?” Maka, Imam Syafi’i marah besar dan berkata, ”Apakah engkau melihat saya keluar dari gereja? Apakah engkau melihatku keluar dari tempat peribadatan orang Yahudi? Engkau menyampaikan sabda Rasulullah saw. Maka, aku tidak berkata apa pun, kecuali seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw.” Salah satu muridnya, Yunus bin Abil A’la ash-Shadafi dalam satu majelis pernah ditanya tentang satu masalah. Maka, dia menjawabnya dengan hadis Rasulullah saw. Lalu, ada yang bertanya, ”Apa pendapat Imam Syafi’i dalam masalah tersebut?” Beliau menjawab, ”Mazhab Imam Syafi’i ialah hadis Rasulullah saw. karena saya pernah mendengar beliau berkata, ”Jika ada hadis sahih, itulah mazhabku.” Begitu pula Imam Ahmad. Beliau adalah orang yang selalu mengikuti asar dan dalil serta tidak pernah berdalil, kecuali dengan dalil firman Allah SWT dan sabda Rasulullah saw. Hal itu merupakan kewajiban bagi seorang alim, mufti, dan orang yang meminta fatwa. Allah SWT memerintahkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu agar bertanya kepada orang yang berilmu. Firman Allah SWT, فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ “Maka, tanyakanlah kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.” QS An-Nahl 43 Ayat itu harus berlanjut dengan berikutnya, yakni بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ “Dengan keterangan-keterangan dan kitab-kitab.” QS An-Nahl 44 Artinya, jika Anda tidak mengetahui, bertanyalah kepada orang yang mengetahui dengan disertai dalil, hujah, dan bukti. Itulah makna firman Allah SWT tersebut. Perdapat ulama dan mazhab yang diambil secara membabi buta dengan menyalahkan pendapat yang lain merupakan sikap yang tidak diinginkan oleh para imam mazhab karena hal itu bertentangan dengan semangat ketaatan terhadap Rasulullah saw. Namun, jika ada pembenaran dari Rasulullah tentang perbedaan pendapat merupakan rahmat dalam konteks tidak akan mengarah pada perpecahan dan merusak tatanan persatuan umat, hal itu dimungkinkan. Namun, tetap menghargai perbedaaan itu dalam kerangka kebersamaan dan persatuan umat. Oleh karena, jika pendapat yang berbeda dalam konteks ijtihad dapat dipandang sebagai rahmat. Rasulullah saw. bersabda, اختلاف أمتي رحمة “Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat.” HR Baihaqi Sementara itu, sikap perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan umat harus dihindari karena bertentangan dengan firman Allah SWT, أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ “Tegakkanlah agama dan jangan kalian berpecah belah tentangnya.” QS Asy-Syura 13 Rasululah saw. sudah mengingatkan kepada sahabat bahwa suatu saat nanti akan ada orang yang mengingkari sunah. Kekhawatiran itu disebabkan akan ada yang mengatakan bahwa yang diterima adalah Kitabullah, sedangan sunah Rasulullah tidak diperlukan. “Aku akan mendapati salah satu dari kalian bersandar di atas kursinya sambil berkata, “Di hadapan kita ada Kitab Allah. Jika kita mendapatkan sesuatu yang halal di dalamnya, kita akan halalkan dan jika kami menemukan sesuatu yang haram, kami haramkan.’ Ketauhilah bahwa aku telah diberi sesuatu yang sama dengan Al-Qur’an.” HR Abu Daud dan Tirmidzi Hadis itu mengandung pengertian bahwa akan ada umat Nabi Muhamad saw. yang hanya akan menerima Al-Qur;an yang berbicara tentang halan dan haram. Sementara itu, sunah Rasulullah diabaikan , bahkan ditolak sama sekali. Hal itu akan terjadi menurut Rasulullah. Bahkan, saat ini sudah ada yang mengingkari sunah Rasulullah saw. dan hanya menerima Al-Qur’an sebagai sumber hukum dan dalil untuk menetapkan hukum. Para sahabat Rasulullah sangat memperhatikan sunah Rasul. Mereka merasa ada yang luput dari amalnya kalau ada sunah Rasulullah saw. yang belum dilaksanakannya. Itibak mengikuti contoh Rasululah menjadi hal yang menjadikan amalnya sempurna bagi mereka. Bahkan, suatu amal yang tidak ada contohnya dari Nabi saw. menjadi tidak bermakna dan ditolak. Abu Bakar ash-Shiddiq merasa akan takut tersesat jika tidak mengikuti amal yang dicontohkan Rasulullah saw. Dia berkata, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu pun dari amal yang diamalkan oleh Rasulullah saw., kecuali aku amalkan karena aku khawatir bila aku meninggalkan sesuatu dari sunahnya aku akan tersesat.” HR Bukhari No. 3093 Allah SWT berfirman, فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣ “Maka. hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” QS. An-Nuur 63 Dalam suatu hadis Rasulullah saw. bersabda, “Kehinaan dan kerendahan ditimpakan kepada orang-orang yang menyalahi sunahku.” HR Ahmad, II/50 dan 92 Ada tiga kelompok orang yang menyalahi atau menentang Rasulullah itu. Pertama, ada yang tidak meyakini kewajiban untuk menaati perintah Nabi saw. Hal itu, misalnya, segala penentangan yang dilakukan oleh orang-orang yang ingkar dan ahli kitab. Mereka akan berada dalam kehinaan dan kerendahan karena kekufuran mereka kepada Rasul. Kedua, ada yang meyakini kewajiban untuk taat kepada Rasulullah saw., tetapi menentang Rasul dengan melakukan kemaksiatan. Orang seperti ini mendapatkan bagian dari kehinaan dan kerendahan. Jadi, orang-orang jenis kedua ini menentang Rasul karena dorongan syahwat. Ketiga, ada yang menentang perintah Rasul karena dorongan syubhat. Mereka adalah para pengekor hawa nafsu ahlul ahwa’ dan ahli bidah. Mereka akan mendapat kehinaan, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan, di akhirat akan dimasukkan ke dalam neraka. Allah SWT berfirman, إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ “Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu sebagai sembahannya, kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan.” QS Al-A’raf 152 Menaati Rasulullah dalam beramal disebut dengan itibak ittiba’. Itibak itu penting agar ibadah yang kita lakukan dan amal saleh yang kita kerjakan itu bernilai di sisi Allah SWT. Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh jika kita itibak Nabi saw. dalam beribadah dan beramal. Pertama, dengan itibak kita akan mendapatkan balasan surga. Nabi saw. bersabda, مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى “Siapa taat kepdaku yang niscaya ia akan masuk surga dan siapa yang bermaksiat kepadaku enggan untuk masuk surga. [HR Bukhari No. 6851 dari Abu Hurairah Kedua, dengan itibak kita akan memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ “Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al-Qur’an itulah orang-orang yang beruntung.” QS Al-A’raf157 Ketiga, dengan itibak kita akan memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS An-Nahl 97 Ayat itu mengandung pengertian bahwa kebaikan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dijanjikan oleh Allah kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akhirat kelak. Syaratnya mereka harus beramal mengikuti Al-Qur’an dan sunah Rasul-Nya dalam keadaan hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Baca Tafsir Ibnu Kasir, II/538 Akhirnya, kita sebagai umat Nabi Muhammad dituntut untuk selalu taat kepadanya karena menaatinya berarti kita menaati Allah SWT. Ketaatan itu merupakan kecintaan kita kepada Rasulullah saw. dan Allah SWT. Kiat berharap menjadi hamba yang setia mengikuti sunahnya. Amin! Wallahul-muwafiq ila aqwamit-tariaq. والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Tangerang, 30 Juni 2020
Pisqz7.